Kamis, 15 Juli 2010

Sejarah Perkembangan Tafsir dan Macamnya

Sejarah Perkembangan Tafsir dan Macamnya
Allah memberikan jaminan kepada Rasul-Nya bahwa Dialah yang “bertanggung jawab” melindungi Al-Qur’an dan menjelaskannya,
“Sesungguhnya atas tanggungan Kamilah menghimpunnya (di dadamu) dan (membuatmu pandai) membacanya. Apabila Kami telah selesai membacakannya maka ikutilah bacaannya itu. Kemudian sesungguhnya atas tanggungan Kamilah penjelasannya.” (Al-Qiyamah:17-19)
Nabi Muhammad memahami Al-Qur’an dengan sempurna baik secara global dan terperinci. Dan adalah tugasnya menerangkannya kepada para sahabat, menjadi kewajiban Rasul untuk menjelaskan kepada sahabatnya,
“dan Kami turunkan kepadamu Adz-Dzikir , agar kamu menerangkan kepada umat manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka supaya mereka memikirkan.”
(An-Nahl: 44)
Para sahbat juga dapat memahami Al-Qur’an, karena Al-Qur’an diturunkan dalam bahasa mereka, sekalipun mereka tidak memahami detail-detailnya. Ibnu Khaldun dalam Muqaddimah-nya menjelaskan,
“Al-Qur’an diturunkan dalam bahasa Arab, sesuai dengan tata bahasa mereka. Karena itu semua orang Arab memahaminya dan mengetahui makna-maknanya baik dalam kosa kata maupun dalam struktur kalimatnya.” namun demikian mereka berbeda-beda dalam tingkat pemahamannya, sehingga apa yang tidak diketahui oleh seseorang di antara mereka boleh jadi diketahui oleh yang lain.
A. Tafsir Pada Masa Nabi dan Sahabat
Para sahabat dalam menafsirkan Qur’an pada masa ini berpegang pada :
1. Qur’anul Karim (Tafsir qur’an dengan Qur’an)
Dikemukakan global di satu tempat, dijelaskan terperinci di tempat lain. Ada yang diturunkan mutlaq/umum, namun disusul ayat lain yang membatasi/mengkhususkan.
Contoh:
???? ????? ????? ??????? ??? ?? ???? ?????... (???????:1)
“Dihalalkan bagimu binatang ternak kecuali yang akan dibacakan kepadamu…. (Al-Maidah : 1)
Kemudian dijelaskan dalam ayat lain,
???? ????? ?????? ????? ???? ???????... (???????:3)
“Diharamkan bagimu bangkai, darah, daging babi, …. (Al-Maidah : 3)
A. Tafsir Pada Masa Nabi dan Sahabat
2. Nabi SAW
Beliaulah pemberi penjelasan (penafsir) Al-Qur’an otoratif. Ketika para sahabat mendapatkan kesulitan dalam memahami sesuatu ayat, mereka merujuk kepada Nabi.
Contoh:
Dari Ibnu Mas’ud diriwayatkan, ia berkata : “ketika turun ayat ini,
????? ????? ??? ?????? ??????? ???? ????? ??? ????? ??? ?????? (???????:82)
“Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan kedzaliman, mereka itulah orang-orang yang mendapat rasa aman dan mereka mendapat petunjuk.” (Al-An’am: 82)
Sangat meresahkan sahabat. Mereka bertanya, “Wahai Rasulullah, siapakah di antara kami yang tidak berbuat dzalim terhadap dirinya?” Beliau menjawab, “kedzaliman di snini bukanlah seperti yang kamu pahami. Tidaklah kamu mendengar apa yang dikatakan seorang hamba yang shaleh (Luqman),
?? ????? ???? ???? (?????:13)
“Sesungguhnya syirik itu adalah kedzliman yang besar. (Luqman: 13

Karena beliau bertugas untuk menjelaskan Al-Qur’an
Ada ayat-ayat yang tidak diketahui ta’wilnya, kecuali melalui penjelasan dari Rasulullah SAW. Misal, tentang perintah dan larangannya
Kata “kezaliman” dalam surat Al-An’am : 82. Nabi menafsirkan kata “kezaliman” dengan surat Lukman : 13, yaitu “kesyirikan” (HR. Ahmad, Bhukari dan Muslim)
Kata “kekuatan” dalam surat Al-Anfal : 80. Nabi menafsirkan kata “kekuatan” dengan makna “memanah” (HR. Muslim)
Pemahaman dan Ijtihad
Mereka sangat menguasai bahasa arab, memahaminya dengan baik dan mengetahui aspek –aspek ke balagah an yang ada di dalamnya
Tafsir sahabat memiliki status marfu’ (disandarkan kepada Rasulullah SAW) bila berkenaan dengan asbabun nuzul dan semua hal yang tidak bisa dimasuki ra’yu. Status mauquf (terhenti) pada sahabat selama tidak disandarkan kepada Rasulullah SAW jika mungkin dimasuki ra’yu. (Jumhur Ulama)
Satu bagian penafsiran Qur’an datang berdasarkan naql (riwayat) dan yang lain tidak. Yang berdasarkan riwayat, berasal dari Nabi SAW (dicari keshalihan sanadnya), jika sahabat atau tokoh tabi’in ( apakah dari segi bahasa ataukah dari segi asbanun nuzul). (Zarkasyi)
Jika tidak mendapatkan dalan Qur’an dan sunnah, hendaknya kembali kepada para sahabat. ( Ibnu Katsir)
Belum dibukukan, hanya merupakan merupakan cabang dari hadits, , belum mempunyai bentuk yang teratur, diriwayatkan secara bertebaran mengikuti ayat-ayat yang berserekan, tidak tertib atau berurutan sesuai sistematika ayat-ayat Qur’an dan surah-surahnya.
Sahabat yang terkenal dalam tafsir: Empat khalifah, ibnu Abbas, Ubai bin ka’ab, zaid bin tsabit, Abu musa al-asy’ari, Abdullah bin zubair, Anas bin malik, abdullah bin umar, Jabir bin Abdullah, Abdullah bin Amr bin Ash dan Aisyah.
B. Tafsir pada Masa Tabi’in
Dalam hal sumber tafsir, para tabi’in berpegang pada sumber2 yg ada pada masa para pendahulunya disamping ijtihad dan pertimbangan nalar mereka sendiri.
Kesulitan penafsiran Quran bertambah ketika manusia semakin jauh dari zaman rasul, maka para tabi’in perlu untuk menyempurnakan kekurangna itu.
Di Mekkah, ada perguruan ibn abbas (muridnya adalah golongan maula’ = hamba sahaya yang sudah dibebaskan). Di Madinah, ada Ubai bin Ka’ab, pendapat-pendapatnya tentang tafsir banyak dinukilkan generasi sesudahnya. Di Irak, ada perguruan Ibn Mas’ud (cikal bakal mazhab ahli ra’yI)
Sebagian ulama berpendapat, tafsir mereka tidak harus dijadikan pegangan sebab mereka tidak menyaksikan peristiwa-peristiwa yang berkenaan dengan turunnya ayat tersebut, tapi ada juga ulama yang berpendapat kalau tafsir mereka dapat dipegang karena pada umumnya mereka menerimanya dari para sahabat.
Pendapat yang kuat adalah jika para tabi’in sepakat atas sesuatu pendapat, maka kita wajib menerimanya, tidak boleh meninggalkan untuk mengambil yang lain.
Pada masa tabi’in ini, tafsir tetap konsisten dengan metode talaqqi wa talqin (penerimaan dan periwayatan)
C. Tafsir pada Masa Pembukuan
Masa pembukuan dimulai pada akhir dinasti Bani Umayah dan awal dinasti Abbasiyah.
Perhatian segolongan ulama terhadap periwayatan tafsir yang dinisbahkan kepada Nabi, sahabat auatu tabi’in sangat besar disamping perhatian terhadap pengumpulan hadits, tokhnya adalah Yazid bin Harun as-Sulami, Syu’bah bin al-Hajjaj, Waki’ bin Jarrah, dll.
Kemudian datanglah golongan berikutnya yang menulis tafsir secara khusus dan menjadikannya sebagai ilmu secara sistematis sesuai dengan tertib Mushaf. Tafsir generasi ini memuat riwayat-riwayat yang disandarkan pada Nabi, sahabat, tabi’in dan tabi’it tabi’in dan terkadang disertai pen-tarjih-an thp pendapat2 yang diriwayatkan dan penyimpulan ( istinbat ) sejumlah hukum serta penjelasan kedudukan kata jika diperlukan.
Semakin berkembangnya ilmu,perbedaan pendapat semakin tajam, sehingga menyebabkan tafsir ternodai dengan kepentingan-kepentingan sendiri. Masing2 mufasir hanya memenuhi tafsirnya dengan ilmu yang paling dikuasinya tanpa memperhatikan ilmu lain.
Pada masa selanjutnya, penulisan tafsir mengikuti pola diatas melalui pola golongan muta’akhirin yang mengambil begitu saja penafsiran golongan mutaqaddimin, tetapi denagn cara meringkasnyadisatu saat dan memberinya komentar disaat yang lain. Keadaan ini terus berlanjut hingga akhirnya lahir pola baru dalam tafris mu’sir
D. Tafsir Tematik
Tafsir tematik membahas masalah-masalah yang khusus
Misal : Ibnu Qayyim menulis kitab at-Tibyan fi Aqsamil Qur’an, Ubaidah menulis kitab tentang Majazul Quran, dll
Kajian-kajian Quran pada masa modern, tidak satupun yang terlepas dari penafsiran sebagian ayat-ayat Quran untuk salah satu aspek dari aspek-aspek tersebut.
Tabaqad (Kelompok) Mufasir
Mufasir dari kalangan sahabat.
yang paling terkenal adalah 4 khalifah, Ibn Mas’ud, Ibn Abbas, Zaid bin tsabit, Abu Musa al-Asy’ari, Abdullah bin az-Zubair, Anas bin Malik, Abu Hurairah, Jabir dan Abdullah bin ‘Amr bin ‘As.
Mufasir dari kalangan Tabi’in.
ibnu taimiyah mengatakan, orang yang paling mengetahui tentang tafsir adalah penduduk makkah, karena mereka adalah muri-murid Ibn Abbas.
Kemudian lahirlah generasi berikutnya.
sebagian besar mereka berusaha menyusun kitab-kitab tafsir yang menghimpun pendapat-pendapat para sahabat dan tabi’in.
Kemudian muncullah angkatan berikutnya.
diantaranya adalah Ali bin ali Talhah, Ibn jabir at-Tabari, Ibn Abi Hatim, Ibn Majah dan lain-lain.
Generasi berikutnya menyusun kitab-kitab tafsir yang dipenuhi oleh keterangan-keterangan berguna yang dinukil dari pada pendahlunya. Pola ini terus berkembang sampai akhirnya datang kebangkitan modern.
Kemudian golongan muta’akhirin.
mereka meringkas sanad-sanad riwayat dan mengutip pendapat-pandapat secara khusus. Karenanya masuklah ke dalam tafsir sesuatu yang asing dan riwayat yang sahih bercampur baur dengan yang tidak sahih.
Selantujnya, setiap mufasir memasukkan begitu saja kedalam tafsir pendapat yang diterima dan apa saja yang terlintas dalam pikiran dipercayainya.
Sesudah itu, banyak mufasir yang menpunyai keahlian dalam berbagai disiplin ilmu mulai menulis tafsir.
Kemudian datanglah masa kebangkitan modern.
-Tafsir bil-Ma’sur dan Tafsir bir-Ra’yi
Tafsir bil-Ma’sur
ialah tafsir yang berdasarkan pada Al-Qur’an dan riwayat yang shahih sesuai urutan yang telah disebutkan dimuka dalam syarat-syarat mufasir. Yaitu menafsirkan Al-Quran dengan Al-Quran, Al-Qur’an dengan sunnah karena ia berfungsi menjelaskan Kitabullah.

Silang pendapat tentang tafsir bil-ma’sur
Perbedaannya dapat dibedakan menjadi dua macam:
pertama, seorang mufasir diantara mereka mengungkapkan maksud sebuah kata dengan redaksi yang berbed dengan redaksi mufasir lain dan masing2 redaksi itu menunjuk makna yang berbeda pula tetapi maksud semuanya sama.
kedua, masing2 mufasir menafsirkan kata2 yang bersifat umum dengan menyebutkan sebgaian makna dari sekian banyak macamnya sebagai contoh dan untuk mengingatkan pendengar bahwa kata tersebut mengandung bermacam-macam makna.
c. Tafsir bir-Ra’yi
ialah tafsir yang di dalam menjelaskan maknanya mufasir hanya berpegang pada pemahaman sendiri dan penyimpulan yang didasarkan pada ra’yu semata. Mereka mempergunakan Quran untuk ditakwilkan menurut pendapat pribadi yang tidak mempunyai dasar pijakan berupa pendapat atau penafsiran ulama salaf, sahabat dan tabi’in.

Zaman Nabi
Sumber penafsiran
Al-Qur’an
Sunnah
Zaman sahabat
Metode Penafsiran:
Al-Qur’an dengan Al-Qur’an
Al-Qur’an dengan As-Sunnah
Al-Qur’an Ijtihad Sahabat (sendiri)
Al-Qur’an Ijtihad Sahabat (Kesepakatan Para Sahabat)
Ibnu Abbas ? turjumanul qur’an
Zaman Tabi’in
Metode Penafsiran:
Al-Qur’an dengan Al-Qur’an
Al-Qur’an dengan As-Sunnah
Al-Qur’an Ijtihad Tabi’in(sendiri)
Al-Qur’an Ijtihad Tabi’in(Kesepakatan Para Tabi’in)
Murid-murid Ibnu Abbas
Zaman Tabi’ Tabi’in
Permulaan pembukuan tafsir
Ibnu Jarir Ath-Thabari

Metode Penafsiran
Bil-Ma’tsur ? periwayatan
Al-Qur’an dengan Al-Qur’an
Al-Qur’an dengan As-Sunnah
Bil-Ra’yi ?
Al-Qur’an Ijtihad Sahabat (sendiri)
Al-Qur’an Ijtihad Sahabat (Kesepakatan Para Sahabat)
Al-Qur’an Ijtihad Tabi’in(sendiri)
Al-Qur’an Ijtihad Tabi’in(Kesepakatan Para Tabi’in)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar